Pengertian, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw

blogger templates
1   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001:78). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Jhonson (dalam Isjoni, 2007:17) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Siswa juga dapat menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan karena adanya kontak fisik antar siswa. Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif  jigsaw adalah model pembelajaran yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa.
Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw siswa secara individual dapat mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw mempelajari materi yang berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan kooperatif  jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif  Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan (rekognisi) tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2006:5).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam  Kelompok  asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada  anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik anggota sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga akan dituntut saling ketergangtungan yang positif (saling memberi tahu ) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
2   Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa  strategi jigsaw merupakan salah satu dari sekian banyak strategi pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar. Oleh sebab itu pembelajaran dengan menggunakan strategi jigsaw menuntut adanya pengelompokan siswa.
Sebelum menggunakan strategi jigsaw guru harus memahami terlebih dahulu cara pengelompokan siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pengelompokan siswa adalah anggota kelompok diupayakan heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, rendah, sedang), dan sebagainya. Adapun teknik untuk mengelompokkan siswa dapat ditempuh berdasarkan metode sosiometri, berdasarkan kesamaan nomor, atau menggunakan teknik acak (Nurhadi, 2004:68).
Melalui metode sosiometri guru dapat menentukan siswa yang tergolong disukai oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru menyusun kelompok-kelompok belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong banyak teman, yang tergolong biasa, dan yang terisolasi.
Pembentukan kelompok dengan mendasarkan pada kesamaan nomor, misalnya dalam kelas terdiri atas 30 siswa dan guru ingin membentuk 6 kelompok belajar yang masing-masing beranggotakan 5 orang, guru dapat menghitung siswa dari satu hingga 6. Selanjutnya, para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuklah 6 kelompok siswa dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa yang memiliki karakteristik heterogen.
Pada pembentukan kelompok secara acak, guru terlebih dahulu mengelompokkan siswa secara homogen. Selanjutnya dari kelompok homogen tersebut dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok yang telah ditentukan sehingga terbentuklah kelompok-kelompok belajar yang heterogen.
Setelah kelompok-kelompok belajar terbentuk barulah pembelajaran dengan strategi jigsaw dimulai. Namun untuk kelas yang baru pertama kali digunakan strategi ini, guru harus menjelaskan mekanismenya. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan strategi jigsaw menurut Nurhadi (2004:64) adalah :
Kelas  dibagi  menjadi  beberapa team yang anggotanya terdiri 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam ini disebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Sementara prosedur pembelajaran dengan strategi jigsaw menurut Malvin (2004: 193-194) adalah :
1.    Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. (Jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran).
2.    Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian. Anda mungkin selanjutnya dapat membetuk kuartet (kelompok empat anggota) dengan memberikan segmen 1, 2 atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian perintahkan tiap “kelompok belajar” untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima terlebeih dahulu.
3.    Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok “belajar ala jigsaw,”. Kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap “kelompok belajar” di kelas. Dalam contoh yang baru  saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat berhitung mulai 1, 2, 3 dan 4. Kemudian bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari segmen 1, segmen 2 dan segmen 3.
4.    Perintahkan anggotan kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.
5.    Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat.

Dari dua kutipan tentang langkah-langkah penerapan strategi jigsaw dalam pembelajaran dapatlah disimpulkan bahwa strategi jigsaw dilaksanakan dengan suatu urutan langkah-langkah khusus. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :
Langkah 1   :   Materi pelajaran dibagi ke dalam beberapa bagian. Sebagai contoh suatu materi dibagi menjadi 4 bagian.
Langkah 2   :   Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Misalnya dalam kelas ada 20 siswa,  maka banyak kelompok adalah 5, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
Langkah 3   :   Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Langkah  4  :   Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota kawan-kawannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara bergantian.
Langkah 5   :   Guru melakukan evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Langkah 6   :   Penutup, yaitu menutup pelajaran sebagaimana biasanya.
Bila langkah-langkah di atas dihubungkan dengan penggunaan indera dan ingatan siswa, maka tidak dapat diragukan bahwa strategi jigsaw dapat meningkatkan dan memaksimalkan ingatan siswa. Hal ini disebabkan dalam serangkaian langkah-langkah pelaksanaannya, strategi jigsaw menuntut siswa untuk aktif. Sangat banyak indera yang dilibatkan dalam belajar, yaitu mulai dari membaca dan menelaah materi, mendengar pendapat teman, menyanggah pendapat, mempertahankan pendapat dan mengajarkan kawan serta dievaluasi secara individual oleh guru.
2.4  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a.    Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
b.    Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
c.    Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
d.    Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, menerapkan bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi dan memperbaiki kehadiran
e.    Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan motivasi belajar
f.     Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
g.    Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
h.    Setiap siswa saling mengisi satu sama lain (Arends, 2001:23).
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan dan kelemahannya yaitu :
a.    Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b.    Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c.    Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d.    Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
e.    Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
f.     Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan (Arends, 2001:25)
Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mengatasi kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe stad  guru dapat membimbing siswa yang kurang aktif agar lebih aktif dalam berbicara. Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu diperlukan cara-cara dalam menyampaikan bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan bahan itulah yang disebut dengan menggunakan model pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai cara yang dalam fungsi-fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan suatu pelajaran kepada murid. Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari proses mengajar, untuk itu guru harus berusaha menimbulkan perubahan pada diri siswa, terutama dengan cara membimbing dan mengarahkan. Sedangkan siswa sendiri harus mempunyai keinginan untuk merubah dirinya sendiri sesuai dengan bimbingan dan arahan yang diberikan oleh guru bahkan lebih dari itu.
Penggunaan model mengajar yang didapat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik (Sardiman, 2005:71).

Berdasarkan kedua kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya metode pembelajaran yang bervariasai agar siswa tidak bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Model Pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan atau pendapatnya sendiri.

4 Responses to "Pengertian, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw"

  1. Jancukk...
    Kalau mau buat artikel kasih daftar pustaka cuk...
    Jangan asal kopas aja cuk,,..
    Jancuk kon.....

    BalasHapus